My Widget

Selasa, 15 Desember 2015

Paham Empiris

PENGERTIAN EMPIRISME
         Empirisme adalah suatu paham filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani “empeiria” yang berarti coba-coba atau pengalaman.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung

Tokoh-tokoh Dalam Aliran Empirisme

1.       Francis Bacon (1210-1292 M)
          Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Kata “Bacon” selanjutnya, kita sudah terlalu lama dpengaruhi oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma diambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret untuk mengelompokkannya, itulah tugas ilmu pengetahuan.

2. Thomas Hobbles (1588-1679 M)
          Ia seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika Skolastik dan Fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran Aristotelien. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar, termasuk juga kehidupan organis dan rohaniah.
          Menurut Thomas Hobbles berpendapat bahwa pengalaman  indrawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan pengabungan data-data indrawi belaka. Pengikut aliran empirisme Thomas Hobbles yang lain diantaranya : Jhon Locke (1632-1704 M), David Hume (1711-1776 M), Geege Berkeley(1665-1753 M).

3. Jhon Locke (1632-1704 M)
          Ia dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Dismaping itu sebagai ahli hukum, ia menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran manusia harus tahu sampai seberapa jauh ia memakai kemampuannya.
          Pendiri empirisme Inggris salah seorang penganut empirisme, yang juga Bapak Empirisme mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirka, keadaan akalanya masih bersih ibarat kertas yang kosong yang belum bertuliskan apa pun (tabularasa). Pengetahuan baru muncul ketika indera manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan mengamati berbagaian kejadian dalam kehidupan. Kertas tersebut mulai bertuliskan berbagai pengalaman indrawi. Seluruh sisa pengetahuan bisa diketahui dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan serta refleksi yang pertama dan sederhana (Juhaya S. Pradja, 1997:18).

4. David Home (1711-1776 M)
Dia ikut dalam berbagai pembahasan tersebut dan memengaruhi perkembangan dua aliran. Aliran yang dipengaruhinya adalah skeptisisme dan empirisme.
Dalam hal skeptisisme, Hume mencurigai pemikiran filsafat dan di antara pemikirannya adalah bahwa prinsip kausalitas (sebab akibat) itu tidak memiliki dasar. Ia juga seorang agnostik, yakni orang yang berpendirian bahwa adanya Tuhan itu tidak dapat dibuktikan dan tidak dapat diingkari. Dalam hal empirisme, suatu pandangan yang mengatakan bahwa segala pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Walaupun mungkin ada suatu dunia di luar kesedaran manusia, namun hal ini tidak dapat dibuktikan. Ia menolak sketisime, skeptisisme menurut beberapa filsuf adalah pandangan bahwa akal tidak mampu sampai pada kesimpulan, atau kalau tidak, akal tidak mampu melampaui hasil-hasil yang paling sederhana

5. Geege Berkeley(1665-1753 M).
       George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia yang juga menjabat sebagai uskup di Gereja Anglikan. Bersama John Locke dan David Hume, ia tergolong sebagai filsuf empiris Inggris yang terkenal. Ia dilahirkan pada tahun 1685 dan meninggal pada tahun 1753. Pada era modern, muncul pula George Barkeley yang berpandangan bahwa seluruh gagasan dalam pikiran atau ide datang dari pengalaman dan tidak ada jatah ruang bagi gagasan yang lepas begitu saja dari pengalaman. Oleh karena itu, idea tidak bersifat independen. Pengalaman konkret adalah “mutlak” sebagai sumber pengetahuan utama bagi manusia, karena penalaran bersifat abstrak dan membutuhan rangsangan dari pengalaman. Berbagai gejala fisikal akan ditangkap oleh indra dan dikumpulkan dalam daya ingat manusia, sehingga pengalaman indrawi menjadi akumulasi pengetahuan yang berupa fakta-fakta. Kemudian, upaya aktualisasinya dibutuhkan akal. Dengan demikian, fungsi akal tidak sekedar menjelaskan dalam bentuk-bentuk khayali semata-mata, melainkan dalam konteks yang realistik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar