PENGERTIAN EMPIRISME
Empirisme adalah suatu paham filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.
Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani “empeiria” yang berarti coba-coba
atau pengalaman.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang
kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau
bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan
hidung
Tokoh-tokoh Dalam Aliran Empirisme
1. Francis
Bacon (1210-1292 M)
Menurut
Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang
diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman
merupakan sumber pengetahuan sejati. Kata “Bacon” selanjutnya, kita sudah
terlalu lama dpengaruhi oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma diambil
kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret
untuk mengelompokkannya, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2. Thomas Hobbles (1588-1679 M)
Ia
seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke
Oxford untuk belajar logika Skolastik dan Fisika, yang ternyata gagal, karena
ia tidak berminat sebab gurunya beraliran Aristotelien. Sumbangan yang besar
sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar, termasuk juga
kehidupan organis dan rohaniah.
Menurut
Thomas Hobbles berpendapat bahwa pengalaman indrawi sebagai permulaan
segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang
merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah
merupakan pengabungan data-data indrawi belaka. Pengikut aliran empirisme
Thomas Hobbles yang lain diantaranya : Jhon Locke (1632-1704 M), David Hume
(1711-1776 M), Geege Berkeley(1665-1753 M).
3. Jhon Locke (1632-1704 M)
Ia
dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Dismaping itu sebagai ahli
hukum, ia menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan
penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran manusia harus tahu sampai seberapa
jauh ia memakai kemampuannya.
Pendiri empirisme Inggris salah seorang penganut
empirisme, yang juga Bapak Empirisme mengatakan bahwa pada waktu manusia
dilahirka, keadaan akalanya masih bersih ibarat kertas yang kosong yang belum
bertuliskan apa pun (tabularasa). Pengetahuan
baru muncul ketika indera manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan
mengamati berbagaian kejadian dalam kehidupan. Kertas tersebut mulai
bertuliskan berbagai pengalaman indrawi. Seluruh sisa pengetahuan bisa diketahui
dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari
pengindraan serta refleksi yang pertama dan sederhana (Juhaya S. Pradja,
1997:18).
4. David Home (1711-1776 M)
Dia ikut dalam berbagai pembahasan tersebut dan
memengaruhi perkembangan dua aliran. Aliran yang dipengaruhinya adalah skeptisisme
dan empirisme.
Dalam hal skeptisisme, Hume mencurigai
pemikiran filsafat dan di antara pemikirannya adalah bahwa prinsip
kausalitas (sebab akibat) itu tidak memiliki dasar. Ia juga seorang
agnostik, yakni orang yang berpendirian bahwa adanya Tuhan itu tidak dapat
dibuktikan dan tidak dapat diingkari. Dalam hal empirisme, suatu
pandangan yang mengatakan bahwa segala pengetahuan itu berasal dari pengalaman.
Walaupun mungkin ada suatu dunia di luar kesedaran manusia, namun hal ini tidak
dapat dibuktikan. Ia menolak sketisime, skeptisisme menurut beberapa filsuf
adalah pandangan bahwa akal tidak mampu sampai pada kesimpulan, atau kalau
tidak, akal tidak mampu melampaui hasil-hasil yang paling sederhana
5. Geege Berkeley(1665-1753 M).
George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia
yang juga menjabat sebagai uskup di Gereja Anglikan. Bersama John Locke dan
David Hume, ia tergolong sebagai filsuf empiris Inggris yang terkenal. Ia dilahirkan
pada tahun 1685 dan meninggal pada tahun 1753. Pada era modern, muncul pula George
Barkeley yang berpandangan bahwa seluruh gagasan dalam pikiran atau ide
datang dari pengalaman dan tidak ada jatah ruang bagi gagasan yang lepas begitu
saja dari pengalaman. Oleh karena itu, idea tidak bersifat independen.
Pengalaman konkret adalah “mutlak” sebagai sumber pengetahuan utama bagi
manusia, karena penalaran bersifat abstrak dan membutuhan rangsangan dari
pengalaman. Berbagai gejala fisikal akan ditangkap oleh indra dan dikumpulkan
dalam daya ingat manusia, sehingga pengalaman indrawi menjadi akumulasi
pengetahuan yang berupa fakta-fakta. Kemudian, upaya aktualisasinya dibutuhkan
akal. Dengan demikian, fungsi akal tidak sekedar menjelaskan dalam bentuk-bentuk
khayali semata-mata, melainkan dalam konteks yang realistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar