My Widget

Jumat, 09 September 2016

Contoh Proposal Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL)

PROPOSAL PENELITIAN

A.      Judul Penelitian
Upaya meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning, siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan

B.       Bidang Ilmu
Bidang pendidikan Matematika

C.      Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup.  Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.  Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional.  Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggungjawab (UU No 20 tahun 2003).
Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat penting di dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia.  Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya.  Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan.  Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Matematika sebagai dasar ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, kehidupan sehari-hari dan teknologi.  Untuk mempelajari Matematika tidak hanya menghafalkan rumus-rumus dan teori saja.
Guru sebagai pelaksana utama pendidikan sangat menentukan peranannya.  Pendekatan mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan belajar siswa.  Semudah apapun materi pelajaran yang akan diajarkan, tidak akan maksimal hasilnya jika pendekatan yang digunakan tidak tepat.
Pendekatan konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang sering digunakan oleh guru.  Hal ini disebabkan karena mudah dan praktis penerapannya, namun sering membuat jenuh para siswa karena bersifat monoton dalam penyampaiannya, menyebabkan minat belajar siswa kurang.  Selama ini prestasi belajar Matematika masih rendah bila dibandingkan dengan prestasi belajar yang lain.  Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, salah satunya dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar.
Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, alat, bahan dan metode serta evaluasi.  Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan.  Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya metode pembelajaran bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut.  Jika siswa hanya diminta untuk berlatih dan belajar dalam waktu singkat sebelum ujian, maka dalam waktu singkat pula ia akan melupakan sebagian besar informasi yang didapat dari belajar kecuali jika informasi atau materi pelajaran merupakan titik tolak pembelajaran dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dengan kemampuan memahami makna dari setiap materi pelajaran yang diajarkan, siswa akan lebih memiliki arah dalam belajar, manfaat-manfaat apa yang hendak diperoleh, hambatan-hambatan apa saja yang akan ditemui dan seberapa besar kemampuan yang telah dimiliki sehingga siswa memahami kondisi untuk kemudian dalam proses belajarnya akan lebih menyeluruh dan utuh memahami materi pelajaran.
Dari latar belakang tersebut maka untuk menjawab permasalahan di atas disusunlah penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning, pada siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan ”.

D.      Identifikasi Masalah
Prestasi belajar matematika selama ini masih memprihatinkan.  Hal ini tidak lepas dari proses belajar yang selama ini berjalan, dimana pendekatan dengan metode konvensional sering digunakan dalam proses pembelajaran, untuk itu perlu pendekatan baru dalam pembelajaran yaitu pendekatan Contextual Teaching and learning.  Karena masih banyak guru yang belum menggunakan pendekatan Contextual Teaching and learning, padahal pendekatan ini baik digunakan dalam pembelajaran matematika.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut.  Makna dalam kehidupan sehari-hari siswa merupakan dasar dari pengetahuan atau informasi yang mereka miliki.  Dengan kemampuan yang diajarkan, siswa akan lebih berminat dalam proses belajarnya sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

E.       Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka penelitian ini difokuskan pada cara pandang terhadap pengetahuan, metode penemuan dan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Cara pandang terhadap pengetahuan dan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa dibatasi pada pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dibandingkan dengan cara pandang terhadap pengetahuan dan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa pada pendekatan konvensional yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran disekolah-sekolah secara umum.

F.       Perumusan Masalah
Memperhatikan penjabaran diatas, permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.                Secara Deskriptif
a.    bagaimana kecenderungan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)?
b.    Bagaimana kecenderungan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan  yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional?

2.                Secara Komparatif
Adakah perbedaan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pendekatan konvensional?

G.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan proposal ini adalah sebagai berikut:
1.                Secara Deskriptif
a.    Untuk mengetahui kecenderungan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan  yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.
b.    Untuk mengetahui kecenderungan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan  yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional.

2.                Secara Komparatif
Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan pendekatan konvensional.

H.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh adalah :
1.                Manfaat Praktis
a.    Bagi guru
1)        Menambah wawasan tentang pembelajaran matematika untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
2)        Sebagai bahan pertimbangan untuk menemukan cara yang tepat dalam pembelajaran siswa.
3)        Untuk mengembangkan berbagai cara dan keterampilan dalam mengajar matematika.
b.    Bagi Siswa
1)        Siswa dapat memahami konsep secara lebih mendalam terhadap suatu pokok bahasan, sebab Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat merangsang daya berfikir dan imajinatif.
2)        Siswa secara eksploratif dapat mengembangkan konsep yang dipahaminya, karena pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan memupuk daya pemahaman konsep, yaitu pemahaman yang mengakar (radikal). Bila anak sudah memahami konsep pelajaran, maka materi-materi pengembangannya akan lebih mudah dipahami.
c.    Bagi peneliti
Dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang pendekatan konvensional dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

I.         Kajian Pustaka dan Pengajuan Hipotesis
      1.    Prestasi belajar matematika
Menurut (Oemar Hamalik, 2008 : 12) “prestasi adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat”.  “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan” (Depdiknas, 2006: 895).
Prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu latihan, pengalaman didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar (Sumadi Suryabrata, 2003:149).
Dari berbagai pendapat tersebut diatas disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar berupa penguasaan, pengetahuan dan keterampilan yanng dapat diukur melalui respon.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavior change) pada individu yang belajar.  Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan.  Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang secara sengaja dirancang maupun yang tidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan
Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru.  Hasil belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya (Depdiknas, 2006:4).
Dengan demikian prestasi belajar matematika bisa dimaknai sebagai hasil yang telah dicapai dari proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar matematika yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
       2.    Hakekat Pendekatan Pembelajaran.
Sedangkan pembelajaran menurut Sadirman A. M berarti suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sadirman A.M, 2000:45).
Adapun yang dimaksud pendekatan pembelajaran adalah usaha atau perbuatan untuk terlaksananya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Pendekatan pembelajaran ada bermacam-macam antara lain pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), pendekatan konvensional, pendekatan keterampilan proses dan pendekatan CBSA.  Dalam penelitian ini, yang akan dibahas secara mendalam adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning, dan pendekatan konvensional.
a.    Pendekataan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa, sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. (Depdiknas, 2006:1).
Pendekatan  Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi pilihan karena dalam pembelajaran diperlukan adanya suatu pendekatan untuk memberdayakan siswa, pengetahuan, pengalaman dan bukan seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi merumuskan sesuatu yang harus dikonstruksikan sendiri oleh siswa.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah pendekatan pemmbelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivistik.  Menurut pandangan kognitif-konstruktivistik proses belajar bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuannya (Asri Budiningsih, C, 2003:58).
Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) peranan guru adalah membantu agar proses pengkonsentrasian  pengetahuan oleh siswa berjalan lancar.  Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.  Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan komponen dan strategi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dari pada memberi informasi (Asri Buduningsih, C, 2003:58).
1)   Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas yaitu sebagai berikut (Kusnandar, 2007:305)
a.    Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.  Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.  Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.  Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
b.    Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c.    Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.  Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual.  Bertanya dalam pembelajaran sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.  Dalam aktivitas belajar kegiatan bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain dan sebagainya.
d.   Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar pada dasarnya mengandung pengertian sebagai berikut :
(1)     Adanya kelompok  belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman
(2)     Ada kerjasama untuk memecahkan masalah
(3)     Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara individual
(4)     Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama
(5)     Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu
(6)     Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya
(7)     Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama untuk saling memberi dan menerima
(8)     Ada fasilitator atau guru yang memandu proses belajar
(9)     Harus ada komunikasi dua arah atau multi-arah
(10) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik
(11) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain
(12) Tidak ada kebenaran yang hanya satu saja
(13) Dominasi siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lemah bisa pula berperan
(14) Siswa bertanya kepada teman-temannya
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.  Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang sudah tahu ke yang belum tahu.
e.    Pemodelan (Modelling)
Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.  Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan.  Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
f.      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.  Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima.  Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahhuan yang baru, yang merupakan pengenyaan atau refisi dari pengetahuan sebelumnya.
g.    Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.  Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.  Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian.
2)   Ciri-ciri pembelajaran Kontekstual
Ciri-ciri pemebelajaran kontekstual antara lain:
a.    Adanya kerja sama antar semua pihak
b.    Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem
c.    Bermuara pada keragaman konteks keragaman kehidupan siswa yang berbeda-beda
d.   Saling menunjang
e.    Menyenangkan, tidak membosankan
f.     Belajar dengan bergairah
g.    Pembelajaran terintegrasi
h.    Menggunakan berbagai sumber
i.      Siswa aktif
j.      Sharing dengan teman
k.    Siswa kritis guru kreatif
l.      Diding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, gambar, artikel, humor dan sebagainya

3)   Karakteristik pembelajaran kontekstual
Ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut:
a.    Melakukan hubungan yang bermakna, artinya siswa dapat mengatur diri sendiri, sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.
b.   Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan artinya, siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
c.    Belajar yang diatur sendiri.
d.   Bekerja sama.
e.    Berfikir kritis dan kreatif.
f.    Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
g.   Mencapai standar yang tinggi.
h.   Menggunakan penilaian autentik (Kusnandar, 2007:296)
4)     Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam penelitian ini adalah :
a.       Membuka pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan kabar siswa
b.      Pembentukan kelompok (kalau belum terbentuk kelompok)
c.       Menyampaikan tujuan belajar besaran dan satuan
d.      Pemberian permasalahan kontektual, misalnya satu kelompok diminta menyebutkan macam-macam sifat-sifat penjumlahan.
e.       Meminta siswa mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing tentang bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut
f.       Mengingatkan tentang rumus-rumus (yang telah diperoleh pada pertemuan sebelumnya) yang berkaitan dengan permasalahan yang telah diajukan (bila belum ada respon siswa tentang penyelesaian permasalahan yaang ada)
g.      Siswa berdiskusi menemukan rumus-rumus yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dari rumus-rumus yang telah ada
h.      Guru berkeliling melihat perkembangan diskusi siswa
i.        Siswa mengumpulkan tugas dalam lembar siswa yang telah disediakan
j.        Guru menyimpulkan apa yang telah diperoleh hari ini serta menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan materi pelajaran
k.      Menutup pelajaran
5)     Kelebihan CTL
a.       Siswa dapat memahami konsep secara lebih mendalam terhadap suatu pokok bahasan
b.      Merangsang daya berfikir yang imajinatif, tidak tersekat retorika tekstual dan komunikasi verbal yang selama ini ditunjukan oleh sistem dan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
c.       Siswa dapat secara aksploratif mengembangkan konsep yang dipahaminya karena pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan memupuk daya pemahaman konsep yaitu pemahaman yang mengakar (radikal)
Bila anak sudah memahami konsep pelajaran, maka materi-materi pengembangannya akan mudah untuk dipelajari
d.      Pelajaran lebih mudah diingat karena pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih mengedepankan sisi discovery learning
6)     Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)
a.       Guru yang tidak melakukan persiapan mengajar akan kesulitan dalam menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas
b.      Sekolah yang kurang mendukung sarana dan prasarananya seperti laboratorium, akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
b.      Pendekatan Konvensional
Dengan pendekatan ini guru menyajikan pelajaran secara lisan tentang fakta-fakta atau prinsip.  Biasanya guru memberikan perintah menjelaskan hal-hal tertentu, mengetengahkan pengalaman dan dengan keahliannya dibantu bahan-bahan atau buku yang tersedia meningkatkan pengetahuan siswa-siswanya
(1)    Dalam melaksanakan pendekatan ini yang harus dilakukan guru adalah :
a.       Memperoleh perhatian dari siswa sejak kegiatan dimulai
b.      Menjelaskan maksud konvensional serta menunjukkan dengan cara bagaimana tujuan dapat dicapai
c.       Menentukan batas waktu kekuatan mendengarkan
d.      Meneliti apakah siswa benar-benar telah terikat perhatiannya dengan hal yang dikonvensionalkan
e.       Menghubungkan bahan konvensional dengan bahan-bahan sebelumnya
f.       Pilihlah pola konvensional 20% penjelasan tentang apa yang dikonvensionalkan, 60% materi konvensional dan 20% mengulang isi konvensional yang penting
g.      Berbicara dengan kelembutan suara yang cukup, ada intonasi suara, memancarkan sikap ramah, bersahabat, yakin percaya diri dan menarik
h.      Berilah contoh-contoh kalau ada sertakan alat-alat bantu, dapat juga menggunakan komunikasi non verbal
i.        Memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan

(2)    Konvensional dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk
a.       Membangkitkan motivasi belajar
b.      Memperjelas bagian-bagian tertentu
c.       Menonjolkan bagian-bagian yang dianggap penting
d.      Memperluas isi bahan pelajaran
(3)    Kelebihan pendekatan konvensional
a.       Menghemat waktu, dapat mencakup sejumlah besar bahan serta sejumlah besar siswa
b.      Memungkinkan guru menggunakan pengalaman dan kebijaksanaannya dari para siswa menghabiskan waktu mencoba-coba sendiri, sehingga cara penekannya lebih baik
c.       Sangat membantu dalam memperkenalkan topik-topik baru dengan segala latar belakangnya sehingga siswa merasa perlu menyiapkan diri
d.      Biasanya dapat meningkatkan status guru di mata siswa
(4)    Kekurangan pendekatan konvensional
Sangat merugikan siswa yang tidak bergairah belajar mendengarkan maupun membuat catatan.
1)       Pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat mengajarkan pada siswa cara memahami konsep secara lebih mendalam terhadap suatu pokok bahasan, karena kemampuan siswa dalam menemukan makna sebagai inti sari Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak lain adalah kemampuan menemukan sendiri suatu konsep materi pelajaran.  Dengan kemampuan memahami makna dari setiap materi pelajaran yang diajarkan, siswa akan lebih memiliki arah dalam belajar.  Dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa dapat memahami kondisi yang kemudian dalam proses belajarnya akan lebih menyeluruh dan untuk memahami materi pelajaran.  Dengan cara demikian diharapkan dapat meningkatkan minat, motivasi dan hasil belajar matematika siswa.
2)        Pengaruh pendekatan Konvensional terhadap prestasi belajar matematika
Pendekatan konvensional merupakan pendekatan yang umum digunakan oleh guru.  Hal ini disebabkan karena mudah dan praktis penerapannya, namun sering membuat jenuh para siswa karena kegiatan belajar mengajarnya hanya bersifat satu arah saja.  Dalam pendekatan konvensional siswa bersifat pasif, yaitu hanya mendengarkan penjelasan dari guru sehingga ada keterbatasan untuk bisa mengamati dan menganalisa secara langsung konsep yang sedang diajarkan.
Jika pendekatan ini dibiasakan akan membuat siswa kurang aktif yang pada akhirnya akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.
3.     Pengajuan Hipotesa
Berdasarkan diskripsi teori, kerangka berfikir dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka diajukan hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan prtestasi belajar matematika pada siswa kelas X semester I SMA N 2 Banguntapan , antara yang diajar menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pendekatan konvensional.

J.        Metodologi Penelitian
Dalam penelitian, metode penelitian merupakan syarat mutlak yang diperlukan, dengan metode penelitian menjadikan arah penelitian yang dilakukan menjadi lebih jelas.  Metode penelitian adalah prosedur yang harus ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian sehingga sebelum melakukan penelitian dilapangan harus menentukan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian.
1.     Tempat dan Waktu penelitian
a.       Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Banuntapan.
b.      Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan juli sampai bulan oktober 2014.
2.     Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong jenis penelitian Quasi Eksperimen atau eksperimen semu, sebab antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak betul-betul terpisah tetapi masih saling berkomunikasi.  Hal ini disebabkan tidak mungkin mengisolasi siswa, sehingga sedikit banyak masih mendapat pengaruh dari luar.
3.     Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:91).  Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu:
a.       Variabel bebas (X), dalam hal ini adalah pendekatan mengajar yang terdiri dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) (X1) dan pendekatan konvensional (X2).
b.      Variabel terikat (Y), yaitu prestasi belajar matematika.
4.     Desain Penelitian
Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel  Desain Penelitian


Kelompok
Test awal
Perlakuan
Test akhir
Eksperimen
U1
X1
U2
Control
U1
-
U2

Keterangan :
U1
=
Kemampuan awal (diambil dari nilai UAN SMP 2013/2014)
U2
=
Tes Akhir (diambil dari hasil test prestasi belajar matematika
X
=
Perlakuan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
-
=
Tanpa perlakuan (diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional)

5.     Populasi dan Sampel penelitian
a.       Populasi
“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian” (Suharsimi Arikunto 2006 : 115).  Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA NEGERI 2 Banguntapan Tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas, yang berjumlah 240 siswa.
b.      Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2007:50).  Dalam penelitian sampel diambil dari 2 (dua) kelas yaitu X-5 dan X-7 yang berjumlah 60 siswa.
6.     Teknik pengumpulan data
a.       Teknik Dokumentasi
“Dokumentasi yaitu tulisan (paper), tempat (place) dan kertas atau orang (people)” (Suharsimi Arikunto, 2006:149)
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bersumber pada tulisan (paper), tempat (place) dan orang (people).  Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data kemampuan awal dari dua kelompok sebelum dilakukan eksperimen.
b.      Teknik Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, itelengensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2006:139).
“Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapat jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan” (Nana Sudjana, 2009:100).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes prestasi belajar matematika yang digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang setelah mempelajari sesuatu.  Pengumpulan data prestasi belajar matematika dalam penelitian ini menggunakan tes bentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal dengan lima pilihan jawaban, dimana untuk jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0.
7.     Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar matematika . Tes ini pada dasarnya untuk mengungkapkan sejauhmana pengetahuan siswa mengenai materi matematika yang akan dipelajari.  Nilai tes diasumsikan sebagai prestasi belajar matematika untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa maka digunakan tes hasil belajar.  Instrumen prestasi belajar matematika ini berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban dari tiap-tiap soal hanya mempunyai satu jawaban yang paling benar.  Penilaian dalam tes prestasi belajar matematika ini apabila benar diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0.

K.      Jadwal Penelitian
Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
Persiapan



Penyempurnaan



Pemgambilan data


Analisis data


Pembuatan laporan



















L.       Daftar Pustaka
Asri Budininsih, C. 2003. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikas. 2003. UU No 20 tahun 2003. Jakarta. Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa Balai Pustaka.

Dimyati, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Nana Sudjana, 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Oemar Hamalik. 2008. Pendekatan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.

Poerwodarminto, W.J.S. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.

Sardiman, AM. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 2003. Psikologi Belajar I. Jakarta: CV Rajawali.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar