PROPOSAL
PENELITIAN
A.
Judul
Penelitian
Upaya
meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning, siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan
B.
Bidang
Ilmu
Bidang pendidikan Matematika
C.
Latar
Belakang Masalah
Dalam
kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat ini,
pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan
dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya
sasaran pembangunan nasional. Dalam
pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas
dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis,
serta bertanggungjawab (UU No 20 tahun 2003).
Kini
semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat penting di
dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia.
Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap
individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan
moralitasnya. Pendidikan merupakan suatu
kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan
individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya
dengan Tuhan. Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan bimbingan,
pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Matematika sebagai dasar ilmu
pengetahuan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, kehidupan sehari-hari dan teknologi. Untuk mempelajari Matematika tidak hanya menghafalkan
rumus-rumus dan teori saja.
Guru
sebagai pelaksana utama pendidikan sangat menentukan peranannya. Pendekatan mengajar yang diterapkan dalam
proses belajar mengajar merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan
belajar siswa. Semudah apapun materi
pelajaran yang akan diajarkan, tidak akan maksimal hasilnya jika pendekatan yang
digunakan tidak tepat.
Pendekatan
konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang sering digunakan oleh
guru. Hal ini disebabkan karena mudah
dan praktis penerapannya, namun sering membuat jenuh para siswa karena bersifat
monoton dalam penyampaiannya, menyebabkan minat belajar siswa kurang. Selama ini prestasi belajar Matematika masih rendah bila
dibandingkan dengan prestasi belajar yang lain.
Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan dalam pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa, salah satunya dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching
and learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar.
Setiap
proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain
tujuan, alat, bahan dan metode serta evaluasi.
Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari
unsur-unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan
bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan.
Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting
sebab dengan adanya metode pembelajaran bahan dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa.
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada
filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mampu menyerap materi pelajaran jika
mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut. Jika siswa hanya diminta untuk berlatih dan
belajar dalam waktu singkat sebelum ujian, maka dalam waktu singkat pula ia
akan melupakan sebagian besar informasi yang didapat dari belajar kecuali jika
informasi atau materi pelajaran merupakan titik tolak pembelajaran dengan
metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dengan
kemampuan memahami makna dari setiap materi pelajaran yang diajarkan, siswa
akan lebih memiliki arah dalam belajar, manfaat-manfaat apa yang hendak
diperoleh, hambatan-hambatan apa saja yang akan ditemui dan seberapa besar
kemampuan yang telah dimiliki sehingga siswa memahami kondisi untuk kemudian
dalam proses belajarnya akan lebih menyeluruh dan utuh memahami materi
pelajaran.
Dari latar belakang
tersebut maka untuk menjawab permasalahan di atas disusunlah penelitian yang
berjudul “Upaya meningkatkan prestasi
belajar Matematika dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning,
pada siswa kelas X SMA N 2 Banguntapan ”.
D.
Identifikasi
Masalah
Prestasi
belajar matematika selama ini masih
memprihatinkan. Hal ini tidak lepas dari
proses belajar yang selama ini berjalan, dimana pendekatan dengan metode
konvensional sering digunakan dalam proses pembelajaran, untuk itu perlu
pendekatan baru dalam pembelajaran yaitu pendekatan Contextual Teaching and
learning. Karena masih banyak guru yang
belum menggunakan pendekatan Contextual Teaching and learning, padahal
pendekatan ini baik digunakan dalam pembelajaran matematika.
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada
filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mampu menyerap materi pelajaran jika
mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut. Makna dalam kehidupan sehari-hari siswa
merupakan dasar dari pengetahuan atau informasi yang mereka miliki. Dengan kemampuan yang diajarkan, siswa akan
lebih berminat dalam proses belajarnya sehingga mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa.
E.
Batasan
Masalah
Mengingat
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka penelitian ini difokuskan pada cara
pandang terhadap pengetahuan, metode penemuan dan interaksi antara guru-siswa
dan siswa-siswa. Cara pandang terhadap pengetahuan dan interaksi antara
guru-siswa dan siswa-siswa dibatasi pada pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) dibandingkan dengan cara pandang terhadap pengetahuan dan
interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa pada pendekatan konvensional yang
biasa digunakan dalam proses pembelajaran disekolah-sekolah secara umum.
F.
Perumusan
Masalah
Memperhatikan
penjabaran diatas, permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.
Secara Deskriptif
a. bagaimana kecenderungan
prestasi belajar matematika
siswa kelas X SMA N 2
Banguntapan yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL)?
b. Bagaimana kecenderungan
prestasi belajar matematika
siswa kelas X SMA N 2
Banguntapan yang
diajarkan dengan menggunakan pendekatan
konvensional?
2.
Secara Komparatif
Adakah perbedaan
prestasi belajar matematika siswa
kelas X SMA N 2 Banguntapan
antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dengan pendekatan konvensional?
G.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan proposal ini adalah sebagai
berikut:
1.
Secara Deskriptif
a. Untuk
mengetahui kecenderungan prestasi belajar matematika
siswa
kelas X SMA N 2 Banguntapan
yang
diajarkan dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning.
b. Untuk
mengetahui kecenderungan prestasi belajar matematika
siswa kelas X SMA N 2
Banguntapan yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional.
2.
Secara Komparatif
Untuk mengetahui
perbedaan prestasi belajar matematika
siswa kelas X SMA N 2
Banguntapan antara yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan pendekatan konvensional.
H.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan
yang dapat diperoleh adalah :
1.
Manfaat Praktis
a. Bagi
guru
1)
Menambah wawasan
tentang pembelajaran matematika
untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
2)
Sebagai bahan
pertimbangan untuk menemukan cara yang tepat dalam pembelajaran siswa.
3)
Untuk mengembangkan
berbagai cara dan keterampilan dalam mengajar matematika.
b. Bagi
Siswa
1)
Siswa dapat memahami
konsep secara lebih mendalam terhadap suatu pokok bahasan, sebab Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat merangsang daya berfikir dan imajinatif.
2)
Siswa secara
eksploratif dapat mengembangkan konsep yang dipahaminya, karena pembelajaran
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan memupuk daya
pemahaman konsep, yaitu pemahaman yang mengakar (radikal). Bila anak sudah
memahami konsep pelajaran, maka materi-materi pengembangannya akan lebih mudah
dipahami.
c. Bagi
peneliti
Dapat
meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang pendekatan konvensional dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
I.
Kajian
Pustaka dan Pengajuan Hipotesis
1. Prestasi
belajar matematika
Menurut
(Oemar Hamalik, 2008 : 12) “prestasi adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang
dalam berfikir, merasa dan berbuat”.
“Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau
dikerjakan” (Depdiknas, 2006: 895).
Prestasi
adalah hasil yang dicapai dari suatu latihan, pengalaman didukung oleh
kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar (Sumadi Suryabrata, 2003:149).
Dari
berbagai pendapat tersebut diatas disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang
dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar berupa penguasaan,
pengetahuan dan keterampilan yanng dapat diukur melalui respon.
Belajar
pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku
(behavior change) pada individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang
bersangkutan. Oleh karena itu pada
prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang
secara sengaja dirancang
maupun
yang tidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan
Proses
belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan
guru. Hasil belajar yang maksimal dapat
pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar
lainnya (Depdiknas, 2006:4).
Dengan
demikian prestasi belajar matematika
bisa dimaknai sebagai hasil yang telah dicapai dari proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat pengalaman dan interaksi antara siswa dengan sumber-sumber
belajar matematika yang hasilnya
diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
2. Hakekat
Pendekatan Pembelajaran.
Sedangkan
pembelajaran menurut Sadirman A. M berarti suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar (Sadirman A.M, 2000:45).
Adapun
yang dimaksud pendekatan pembelajaran adalah usaha atau perbuatan untuk
terlaksananya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan
yang ditentukan.
Pendekatan
pembelajaran ada bermacam-macam antara lain pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL), pendekatan konvensional, pendekatan keterampilan proses dan
pendekatan CBSA. Dalam penelitian ini,
yang akan dibahas secara mendalam adalah pendekatan Contextual Teaching and
Learning, dan pendekatan konvensional.
a. Pendekataan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan siswa, sebagai anggota keluarga dan anggota
masyarakat. (Depdiknas, 2006:1).
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
menjadi pilihan karena dalam pembelajaran diperlukan adanya suatu pendekatan
untuk memberdayakan siswa, pengetahuan, pengalaman dan bukan seperangkat fakta
dan konsep yang siap diterima, tetapi merumuskan sesuatu yang harus
dikonstruksikan sendiri oleh siswa.
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah pendekatan pemmbelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivistik. Menurut pandangan kognitif-konstruktivistik
proses belajar bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah
dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara
pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuannya (Asri Budiningsih, C,
2003:58).
Dalam
Contextual Teaching and Learning (CTL) peranan guru adalah membantu agar proses
pengkonsentrasian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak mentransfer
pengetahuan yang dimilikinya melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu
guru lebih banyak berurusan dengan komponen dan strategi pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dari pada memberi informasi (Asri Buduningsih, C,
2003:58).
1)
Komponen Utama
Pembelajaran Kontekstual
Ada
tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran
kontekstual dikelas yaitu sebagai berikut (Kusnandar, 2007:305)
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
b. Menemukan
(inquiry)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang
berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c. Bertanya
(Questioning)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran berbasis kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam aktivitas belajar kegiatan bertanya
dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara
siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain dan sebagainya.
d. Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Masyarakat
belajar pada dasarnya mengandung pengertian sebagai berikut :
(1) Adanya
kelompok belajar yang berkomunikasi
untuk berbagi gagasan dan pengalaman
(2) Ada
kerjasama untuk memecahkan masalah
(3) Pada
umumnya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara individual
(4) Ada
rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung
jawab yang sama
(5) Upaya
membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu
(6) Menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya
(7) Ada
rasa tanggung jawab dan kerjasama untuk saling memberi dan menerima
(8) Ada
fasilitator atau guru yang memandu proses belajar
(9) Harus
ada komunikasi dua arah atau multi-arah
(10)
Ada kemauan untuk
menerima pendapat yang lebih baik
(11)
Ada kesediaan untuk
menghargai pendapat orang lain
(12)
Tidak ada kebenaran
yang hanya satu saja
(13)
Dominasi siswa yang
pintar perlu diperhatikan agar yang lemah bisa pula berperan
(14)
Siswa bertanya kepada
teman-temannya
Konsep
masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang sudah tahu
ke yang belum tahu.
e. Pemodelan
(Modelling)
Pemodelan
artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Pemodelan pada
dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru
menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang diinginkan guru
agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat
berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi
adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa
yang lalu. Refleksi merupakan gambaran
terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahhuan yang baru, yang merupakan
pengenyaan atau refisi dari pengetahuan sebelumnya.
g. Penilaian
yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan
menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian.
2)
Ciri-ciri pembelajaran
Kontekstual
Ciri-ciri pemebelajaran
kontekstual antara lain:
a. Adanya
kerja sama antar semua pihak
b. Menekankan
pentingnya pemecahan masalah atau problem
c. Bermuara
pada keragaman konteks keragaman kehidupan siswa yang berbeda-beda
d. Saling
menunjang
e. Menyenangkan,
tidak membosankan
f. Belajar
dengan bergairah
g. Pembelajaran
terintegrasi
h. Menggunakan
berbagai sumber
i. Siswa
aktif
j. Sharing
dengan teman
k. Siswa
kritis guru kreatif
l. Diding
kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, gambar, artikel, humor
dan sebagainya
3)
Karakteristik
pembelajaran kontekstual
Ada
delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai
berikut:
a. Melakukan
hubungan yang bermakna, artinya siswa dapat mengatur diri sendiri, sebagai
orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,
orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok dan orang yang dapat
belajar sambil berbuat.
b. Melakukan
kegiatan-kegiatan yang signifikan artinya, siswa membuat hubungan-hubungan
antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai
pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
c. Belajar
yang diatur sendiri.
d. Bekerja
sama.
e. Berfikir
kritis dan kreatif.
f. Mengasuh
atau memelihara pribadi siswa.
g. Mencapai
standar yang tinggi.
h. Menggunakan
penilaian autentik (Kusnandar, 2007:296)
4) Langkah-langkah
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
penelitian ini adalah :
a. Membuka
pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan kabar siswa
b. Pembentukan
kelompok (kalau belum terbentuk kelompok)
c. Menyampaikan
tujuan belajar besaran dan satuan
d. Pemberian
permasalahan kontektual, misalnya satu kelompok diminta menyebutkan macam-macam
sifat-sifat penjumlahan.
e. Meminta
siswa mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing tentang bagaimana
menyelesaikan permasalahan tersebut
f. Mengingatkan
tentang rumus-rumus (yang telah diperoleh pada pertemuan sebelumnya) yang
berkaitan dengan permasalahan yang telah diajukan (bila belum ada respon siswa
tentang penyelesaian permasalahan yaang ada)
g. Siswa
berdiskusi menemukan rumus-rumus yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dari rumus-rumus yang telah ada
h. Guru
berkeliling melihat perkembangan diskusi siswa
i.
Siswa mengumpulkan
tugas dalam lembar siswa yang telah disediakan
j.
Guru menyimpulkan apa
yang telah diperoleh hari ini serta menanyakan beberapa hal yang berkaitan
dengan materi pelajaran
k. Menutup
pelajaran
5) Kelebihan
CTL
a. Siswa
dapat memahami konsep secara lebih mendalam terhadap suatu pokok bahasan
b. Merangsang
daya berfikir yang imajinatif, tidak tersekat retorika tekstual dan komunikasi
verbal yang selama ini ditunjukan oleh sistem dan penyelenggaraan pendidikan
pada umumnya
c. Siswa
dapat secara aksploratif mengembangkan konsep yang dipahaminya karena
pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan
memupuk daya pemahaman konsep yaitu pemahaman yang mengakar (radikal)
Bila anak sudah
memahami konsep pelajaran, maka materi-materi pengembangannya akan mudah untuk
dipelajari
d. Pelajaran
lebih mudah diingat karena pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
lebih mengedepankan sisi discovery learning
6) Kelemahan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Guru
yang tidak melakukan persiapan mengajar akan kesulitan dalam menerapkan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas
b. Sekolah
yang kurang mendukung sarana dan prasarananya seperti laboratorium, akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
b. Pendekatan
Konvensional
Dengan
pendekatan ini guru menyajikan pelajaran secara lisan tentang fakta-fakta atau
prinsip. Biasanya guru memberikan
perintah menjelaskan hal-hal tertentu, mengetengahkan pengalaman dan dengan
keahliannya dibantu bahan-bahan atau buku yang tersedia meningkatkan
pengetahuan siswa-siswanya
(1) Dalam
melaksanakan pendekatan ini yang harus dilakukan guru adalah :
a. Memperoleh
perhatian dari siswa sejak kegiatan dimulai
b. Menjelaskan
maksud konvensional serta menunjukkan dengan cara bagaimana tujuan dapat
dicapai
c. Menentukan
batas waktu kekuatan mendengarkan
d. Meneliti
apakah siswa benar-benar telah terikat perhatiannya dengan hal yang
dikonvensionalkan
e. Menghubungkan
bahan konvensional dengan bahan-bahan sebelumnya
f. Pilihlah
pola konvensional 20% penjelasan tentang apa yang dikonvensionalkan, 60% materi
konvensional dan 20% mengulang isi konvensional yang penting
g. Berbicara
dengan kelembutan suara yang cukup, ada intonasi suara, memancarkan sikap
ramah, bersahabat, yakin percaya diri dan menarik
h. Berilah
contoh-contoh kalau ada sertakan alat-alat bantu, dapat juga menggunakan
komunikasi non verbal
i.
Memberikan kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan
(2) Konvensional
dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk
a. Membangkitkan
motivasi belajar
b. Memperjelas
bagian-bagian tertentu
c. Menonjolkan
bagian-bagian yang dianggap penting
d. Memperluas
isi bahan pelajaran
(3) Kelebihan
pendekatan konvensional
a. Menghemat
waktu, dapat mencakup sejumlah besar bahan serta sejumlah besar siswa
b. Memungkinkan
guru menggunakan pengalaman dan kebijaksanaannya dari para siswa menghabiskan
waktu mencoba-coba sendiri, sehingga cara penekannya lebih baik
c. Sangat
membantu dalam memperkenalkan topik-topik baru dengan segala latar belakangnya
sehingga siswa merasa perlu menyiapkan diri
d. Biasanya
dapat meningkatkan status guru di mata siswa
(4) Kekurangan
pendekatan konvensional
Sangat merugikan siswa
yang tidak bergairah belajar mendengarkan maupun membuat catatan.
1) Pengaruh
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika.
Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat mengajarkan pada siswa cara
memahami konsep secara lebih mendalam terhadap suatu pokok bahasan, karena
kemampuan siswa dalam menemukan makna sebagai inti sari Contextual Teaching and
Learning (CTL) tidak lain adalah kemampuan menemukan sendiri suatu konsep
materi pelajaran. Dengan kemampuan
memahami makna dari setiap materi pelajaran yang diajarkan, siswa akan lebih
memiliki arah dalam belajar. Dengan
kemampuan yang telah dimiliki siswa dapat memahami kondisi yang kemudian dalam
proses belajarnya akan lebih menyeluruh dan untuk memahami materi pelajaran. Dengan cara demikian diharapkan dapat
meningkatkan minat, motivasi dan hasil belajar matematika siswa.
2)
Pengaruh pendekatan
Konvensional terhadap prestasi belajar matematika
Pendekatan
konvensional merupakan pendekatan yang umum digunakan oleh guru. Hal ini disebabkan karena mudah dan praktis
penerapannya, namun sering membuat jenuh para siswa karena kegiatan belajar
mengajarnya hanya bersifat satu arah saja.
Dalam pendekatan konvensional siswa bersifat pasif, yaitu hanya
mendengarkan penjelasan dari guru sehingga ada keterbatasan untuk bisa
mengamati dan menganalisa secara langsung konsep yang sedang diajarkan.
Jika
pendekatan ini dibiasakan akan membuat siswa kurang aktif yang pada akhirnya
akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.
3.
Pengajuan
Hipotesa
Berdasarkan
diskripsi teori, kerangka berfikir dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka
diajukan hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan prtestasi belajar matematika pada siswa kelas X semester
I SMA N 2 Banguntapan , antara yang diajar
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pendekatan
konvensional.
J.
Metodologi
Penelitian
Dalam
penelitian, metode penelitian merupakan syarat mutlak yang diperlukan, dengan
metode penelitian menjadikan arah penelitian yang dilakukan menjadi lebih
jelas. Metode penelitian adalah prosedur
yang harus ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian sehingga sebelum
melakukan penelitian dilapangan harus menentukan metode yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
1. Tempat
dan Waktu penelitian
a. Tempat
penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SMA N 2 Banuntapan.
b. Waktu
penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan juli sampai bulan oktober 2014.
2. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini tergolong jenis penelitian Quasi Eksperimen atau eksperimen semu, sebab
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak betul-betul terpisah
tetapi masih saling berkomunikasi. Hal
ini disebabkan tidak mungkin mengisolasi siswa, sehingga sedikit banyak masih
mendapat pengaruh dari luar.
3. Variabel
Penelitian
Variabel
adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2006:91). Dalam
penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu:
a. Variabel
bebas (X), dalam hal ini adalah pendekatan mengajar yang terdiri dari
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) (X1) dan
pendekatan konvensional (X2).
b. Variabel
terikat (Y), yaitu prestasi belajar matematika.
4. Desain
Penelitian
Desain
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Desain Penelitian
Kelompok
|
Test
awal
|
Perlakuan
|
Test
akhir
|
Eksperimen
|
U1
|
X1
|
U2
|
Control
|
U1
|
-
|
U2
|
Keterangan
:
U1
|
=
|
Kemampuan awal
(diambil dari nilai UAN SMP 2013/2014)
|
U2
|
=
|
Tes Akhir
(diambil dari hasil test prestasi belajar matematika
|
X
|
=
|
Perlakuan
dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
|
-
|
=
|
Tanpa
perlakuan (diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional)
|
5. Populasi
dan Sampel penelitian
a. Populasi
“Populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian” (Suharsimi Arikunto 2006 : 115). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas X SMA NEGERI 2
Banguntapan Tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 8
kelas, yang berjumlah 240 siswa.
b. Sampel
Penelitian
“Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut” (Sugiyono, 2007:50). Dalam
penelitian sampel diambil dari 2 (dua) kelas yaitu X-5 dan X-7 yang berjumlah
60 siswa.
6. Teknik
pengumpulan data
a. Teknik
Dokumentasi
“Dokumentasi
yaitu tulisan (paper), tempat (place) dan kertas atau orang (people)”
(Suharsimi Arikunto, 2006:149)
Teknik
dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bersumber pada tulisan (paper),
tempat (place) dan orang (people). Dalam
penelitian ini teknik dokumentasi digunakan
untuk pengumpulan data kemampuan awal dari dua kelompok sebelum dilakukan
eksperimen.
b. Teknik
Tes
“Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, itelengensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2006:139).
“Tes
adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapat jawaban-jawaban
yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan”
(Nana Sudjana, 2009:100).
Tes
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes prestasi belajar matematika yang digunakan untuk
mengukur pencapaian prestasi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Pengumpulan data prestasi belajar matematika dalam penelitian ini
menggunakan tes bentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal dengan lima pilihan
jawaban, dimana untuk jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah
diberi skor 0.
7. Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar matematika . Tes ini pada dasarnya
untuk mengungkapkan sejauhmana pengetahuan siswa mengenai materi matematika yang akan
dipelajari. Nilai tes diasumsikan
sebagai prestasi belajar matematika
untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa maka digunakan tes hasil
belajar. Instrumen prestasi belajar matematika ini berupa tes
objektif pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban dari tiap-tiap
soal hanya mempunyai satu jawaban yang paling benar. Penilaian dalam tes prestasi belajar matematika ini apabila benar
diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0.
K.
Jadwal
Penelitian
Bulan
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
Persiapan
|
√
|
|
|
|
Penyempurnaan
|
√
|
|
|
|
Pemgambilan
data
|
√
|
√
|
|
|
Analisis
data
|
|
|
√
|
√
|
Pembuatan
laporan
|
|
|
|
√
|
L. Daftar
Pustaka
Asri
Budininsih, C. 2003. Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikas. 2003. UU
No 20 tahun 2003. Jakarta. Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa Balai Pustaka.
Dimyati, 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Kusnandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Nana Sudjana, 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Oemar Hamalik. 2008. Pendekatan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.
Poerwodarminto, W.J.S. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
PN Balai Pustaka.
Sardiman, AM. 2000. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali.
Sugiyono.
2007. Statistika untuk Penelitian,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suharsimi
Arikunto. 2006. Dasar-dasar evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Suharsimi
Arikunto. 2002. Dasar-dasar evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumadi
Suryabrata. 2003. Psikologi Belajar I.
Jakarta: CV Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar